SDM UNGGUL SDM ENTREPRENERSHIP ERA 4.0
Keunggulan SDM ENTREPRENEURSHIP sebagai DRIVER dan GENERATOR pembangunan, sangat penting di era Industri 4.0
SDM Entrepreneurship unggul sebagai driver dan juga generator pembangunan, SDM entrepreneurship penting pada era industry 4.0, SDM entrepreneurship memiliki beberapa sifat, diantaranya ialah, memiliki motivasi tinggi, memiliki sebuah analisis yang yang tajam, mampu melihat seluk beluk pasar, mampu untuk mengarahkan kemana akan berjalan dengan keputusannya yang dia buat, maka dari itu
SDM entrepreneurship dapat sebagai driver dan juga generator pembangunan pada era industry 4.0, mereka juga memiliki inovasi baru, kreatifitas yang terus berkembang, bahkan dapat menyaingi pasar yang sedang berjalan dalam lingkungannya.

Dia dapat sebagai metunjuk arah, dapat melihat segala resiko dan peluang, dapat mengambil keputusan yang baik dalam era industry 4.0. Banyak kreatifitas dan inovasi yang tercipta dari SDM Entrepreneurship, karena pada era 4.0 banyak sekali terjadi perubahan berubahan pada organisasi dan juga pasar, disinilah SDM Entrepreneurship dibutuhkan dengan analisis resiko dan peluang, serta inovasi dan kreatifitasnya.
Pentingnya kebutuhan pengembangan Entrepreneursip :
Menurut PBB
suatu negara mampu untuk berkembang secara mandiri apabila jumlah wirausahawan di negara tersebut minimal 2 persen dari total jumlah penduduk. Saat ini, jumlah wirausahawan di Indonesia hanya sebesar 0,24 persen dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 238 juta jiwa.
Jumlah tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah wirausaha di beberapa negara luaryang tingkat perekonomiannya lebih tinggi, seperti Amerika Serikat yang memiliki wirausaha sejumlah 4 persen dari total penduduknya, Singapura yang jumlah wirausahanya sebesar 7 persen dari jumlah penduduknya, dan Malaysia yang jumlah wirausahanya mencapai 5 persen dari jumlah penduduknya.
Menurut JA.Schumpeter
Joseph Alois Schumpeter (8 Februari 1883 – 8 Januari 1950) adalah seorang ilmuwan ekonomi Amerika kelahiran Austria. Dia sempat menjabat sebagai Menteri Keuangan Austria pada tahun 1919. Pada tahun 1932 ia menjadi profesor Ekonomi di Universitas Harvard.
Schumpeter adalah salah satu ekonom paling berpengaruh abad ke-20.
Schumpeter mempopulerkan istilah “penghancuran kreatif” di bidang ekonomi. Schumpeter juga dikenal dengan buku analisa ekonomi dan politiknya yang berjudul “Ekonomi, Sosialisme dan Demokrasi”.
Menarik : Contoh Soal Entrepreneurship dan Eko Kreatif Serta Jawaban
Schumpeter membedakan antara wirausahawan “replikatif” (yang mendirikan usaha kecil namun meniru usaha yang sudah ada) dan wirausahan “inovatif” (yang menciptakan cara baru dalam melakukan sesuatu). Wirausahawan inovatif ini akan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi. Schumpeter memiliki pandangan yang sangat positif terhadap wirausahawan.
Dia menciptakan kata “Unternehmergeist”, bahasa Jerman untuk “semangat wirausaha”, dan mendefinisikan wirausahawan sebagai orang yang “melakukan hal-hal baru atau melakukan hal-hal yang sudah dilakukan dengan cara baru”. Schumpeter berpendapat bahwa perkembangan ekonomi tidak berjalan berangsur-angsur, namun mendadak dan terkadang melalui proses yang keras.
Perubahan akan terjadi ketika ada seorang wirausahawan dengan inovasi baru merubah pola industri yang ada. Perubahan ini kemungkinan akan memmbuat pekerja, bisnis, atau bahkan seluruh sektor tertenti mengalami kerugian akibat kalah berkompetisi dengan inovasi baru ini.
Proses inilah yang disebut “penghancuran kreatif” (creative destruction). Proses ini dapat kita amati misalnya dalam kondisi sekarang, dimana inovasi dari wirausaha berupa transportasi online menyebabkan perubahan mendadak dan besar dalam bidang transportasi. Perubahan ini membuat kerugian di transportasi konvensional seperti angkot. Namun inovasi ini memberi manfaat besar menumbuhkan sektor ekonomi baru dan memudahkan para pengguna transportasi melalui aplikasi online ini.
Di Era Digital Economy
Dalam era digital economy ini, sangat penting dalam entreprenership, karena pada saat ini telah terjadi pergeseran atau perubahan zaman, pada era digitalisasi ini banyak aplikasi online yang muncul, itu timbul dari para entreprenership yang meliihat kesempatan dan peluang untuk menguasai pasar dengan teknologi, misalnya gojek atau grab, yang saat ini sudah masuk kedalam era digital trasportasi, ini pun juga masuk kedalam inovasi disruption, inovasi yang menghancurkan atau mengganggu pasar, tetapi itu cukup efektif untuk menyambut era digital ekonomi, saat ini juga mulai terbentuk bank bank digital yang menabung uang tanpa harus dating ke bank, hanya melalui online, serta system pembayaran pun mulai berubah ke digital.
Perkembangan ranking Indonesia dalam Global Enterpreneurships Devolepment Index (GEDI), bandingkan dengan negara-negara lain.
Perkembangan ranking Indonesia dalam Global Entrepreneurships Develompment Index dinilai baik, pada 12/5 di Jakarta Teten Masduki Menteri Koperasi menyatakan bahwa Indonesia berada di ranking 75 dan menargetkan di ranking 60. Upaya meningkatkan GEI, menurut Teten Masduki, di antaranya memperbaiki ekosistem bisnis di Tanah Air. Iklim investasi yang menarik akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Peningkatan investasi akan berujung pada kenaikan jumlah lapangan kerja. Deputi Kewirausahaan Kemenkop UKM, Siti Azizah menambahkan, untuk menaikkan peringkat di GEI, Indonesia perlu belajar kepada negara lain terkait bagaimana meningkatkan jumlah wirausaha.
Itu sebabnya, salah satu strategi yang harus diterapkan adalah konsultasi dan pembiayaan wirausaha seperti dilakukan di negara-negara maju. Juga ada insentif dan kemudahan. Ekosistem kewirausahaan membuat jumlah pengusaha di Indonesia, menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, baru mencapai 3,47% dari seluruh penduduknya.
Jumlah ini masih terlalu sedikit. Bandingkan dengan Singapura yang sudah mencapai 8,5%, atau Malaysia dan Thailand yang 4,5%. posisi GEI Indonesia masih tertinggal dibanding beberapa negara tetangga di ASEAN. Misalnya, Singapura sudah menempati peringkat ke-27, Malaysia ke-43, Brunei Darussalam ke-48, Thailand ke-54, dan Vietnam ke-73. Merujuk konsep GEI, salah satu institusi yang berperan penting dalam ekosistem kewirausahaan adalah perguruan tinggi.
Di Indonesia, masih terlalu sedikit kampus yang mampu mencetak pengusaha-pengusaha baru. Dari hal ini diketahui bahwa peguruan tinggi memiliki andil yang cukup serius dalam hal pengembangan entrepreneurship atau kewirausahaan, Sebagai perbandingan, mengutip data Financial Times (2015), sebanyak 46% lulusan program MBA Babson College di Amerika Serikat (AS) berani langsung membuka usaha sendiri setelah lulus kuliah. Dengan kata lain, jika Indonesia ingin meningkatkan Global Entrepreneurship Develompment Index maka harus mengimplementasikan dan mencetak lulusan perguruan tinggi yang berjiwa kewirausahaan.
Pengembangan Digital Entrepreneurship Pada Era Pandemi Covid 19
Pada Era covid 19, banyak sekali perubahan yang terjadi, tiba tiba semua sector berubah menjadi digital, disinilah pentingnya peran dari entreprenership pada era digital, mereka harus mampu mengembangkan inovasi inovasi baru sesuai dengan kebutuhan pasar, dapat diterima pasar, maka muncullah beberapa erkembangan digital, dari mulai pembelajaran online, rapat online, kerja online, dan semua serba online yang mengandalkan teknologi digital, digital entreprenership sangat dibutuhkan untuk melihat dan menyesuaikan dengan keadaan saat ini, pada pandemic covid 19, setiap orang berbondong bonding menggencarkan digital, karena teknologi digital memang menjadi sebuah kebutuhan di masyarakat.
Upaya Pengembangan SDM Unggul Entreprenuerships Melalui Program Merdeka-Belajar Kampus Merdeka (MBKM)
Merdeka Belajar Kampus Merdeka, tidak hanya belajar di dalam kelas, namun mengaplikasikan belajar di lapangan, guna untuk menambah pengalaman yang ada pada lapangan, menimba ilmu dari pengalaman yang terjun langsung kedalam suatu proses bisnis, hal ini dapat juga mengembangkan motivasi bagi siswa, mengembangkan inovasi, mengembangkan kreatifitas, dan mengembangkan mental untuk beradaptasi pada era baru nanti yang berbasis teknologi, siswa dapat memilih program apa yang ingin dia ikuti, guna untuk memberitahu pada siswa, memberikan pengelaman lebih serta minat mereka dalam pembelajaran, dan juga akan membangun SDM Unggul Entrepreneurship nantinya di negara Indonesia, saat itu semua tercapai maka persentase wirausaha di negara ini akan meningkat, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam sebuah negara, yang tidak akan kalah saing dalam pasar internasional.
Dalam SDM yang unggul juga dapat menerapkan teori pembelajaran, learning management system :
- Long Live Learning (L3) : adalah konsep pembelajaran tiada henti yang harus senantiasa dilakukan oleh seluruh lapiran masyarakat, dengan diaplikasikanya konsep ini diharapkan seluruh masyarakat dapat menangkap manfaat dan hikmah dalam setiap kegiatan yang dilakukan dan juga semangat belajar yang tiada henti sepanjang hayat
- Long Live Development (L2D) : adalah konsep pengembangan tiada henti yakni tahap lanjutan dari Live Long Learning, pada konsep ini dipahami bahwa setiap aspek yang diterima pada saat pembelajaran senantiasa di kembangkan berdasarkan pemahaman yang sudah diterima, dengan kata lain ini adalah tahapan lanjutan dari pembelajaran sebelumnya dengan menciptakan sebuah ide/gagasan/produk/jasa yang bersifat kreatif, inisiatif, dan inovatif demi mencapai keunggulan kompetitif yang diharapkan.
- Gross National Happiness (GNH) : adalah pendekatan holistik dan berkelanjutan untuk pengembangan yang menyeimbangkan material dan nilai-nilai non materi dengan keyakinan bahwa manusia ingin mencapai kebahagiaan. Tujuan GNH adalah untuk mencapai pembangunan seimbang dalam semua aspek kehidupan yang sangat penting untuk kebahagiaan.
Komentar